Dibalik Setang, Ada Hati yang Tak Pernah Lelah
- Rotary D3410
- Jun 12
- 5 min read
Surabaya tidak pernah tidur. Jalanannya selalu sibuk, berdenyut dengan suara klakson, deru kendaraan, dan kehidupan yang tak pernah berhenti. Di antara semua itu, ada sosok-sosok perempuan yang sering luput dari perhatian. Mereka bukan hanya pengemudi ojek online—mereka adalah pahlawan keluarga, pencari nafkah, penjaga rumah tangga, dan penggenggam harapan.
Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar muncul, mereka sudah bersiap. Sambil menyiapkan sarapan untuk anak-anak, mengecek aplikasi pemesanan, dan berdoa dalam hati agar hari ini lebih baik dari kemarin. Mereka melaju dengan sepeda motor, mengantar penumpang, mengangkut pesanan makanan, dan sesekali menahan panas, hujan, bahkan komentar sinis dari orang yang meragukan kemampuan perempuan di jalanan.
Meski demikian, tak satu pun dari mereka menyerah. Mereka tahu, hidup tak mudah. Tapi mereka juga tahu, menyerah bukan pilihan.
Tahun ini, Ramadan membawa kejutan kecil yang menyentuh hati. Rotary Club of Surabaya-Darmo, bersama Mayapada Hospital Surabaya, mengundang para wanita pengemudi ojek online untuk menghadiri acara buka puasa bersama. Bukan acara mewah, tapi acara yang penuh kehangatan, perhatian, dan makna yang dalam.
Diadakan di aula Mayapada Hospital di kawasan Mayjen Sungkono, acara itu dimulai sore hari. Di luar dugaan, suasana begitu akrab dan bersahabat. Para peserta disambut dengan senyum ramah, lalu diarahkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan gratis—termasuk EKG dan mini medical check-up. Sebagian dari mereka terlihat canggung. Tak biasa menerima perhatian seperti ini. Bahkan ada yang berbisik, ini adalah kali pertama mereka masuk rumah sakit bukan sebagai pendamping pasien, tapi sebagai tamu yang dihargai.
Setelah pemeriksaan, mereka mengikuti sesi penyuluhan kesehatan. Topik yang dibahas sangat relevan: tentang pentingnya menjaga kesehatan jantung, kewaspadaan terhadap gejala penyakit perempuan, dan pentingnya memberi waktu untuk diri sendiri di tengah kesibukan. Kata demi kata terasa menyentuh, bukan hanya secara medis, tapi juga emosional. Karena mereka sadar, selama ini mereka terlalu sering mengabaikan diri sendiri demi orang lain.
Kemudian, menjelang maghrib, suasana berubah menjadi lebih tenang. Sebuah sesi tausiyah singkat disampaikan oleh ustadzah perempuan. Bukan ceramah yang menggurui, tapi pelukan spiritual yang lembut. Tentang bagaimana perempuan diberkahi kekuatan untuk bertahan. Tentang bagaimana bekerja untuk keluarga adalah ibadah yang tak kalah mulia. Banyak mata yang basah. Air mata yang turun bukan karena lelah, tapi karena ada yang akhirnya mengerti dan menghargai perjuangan mereka.
Ketika adzan maghrib berkumandang, mereka berbuka bersama dengan hidangan sederhana. Tapi di meja itu, yang hadir bukan hanya makanan. Ada rasa kebersamaan. Ada harapan. Ada rasa bahwa mereka tidak sendiri dalam perjuangan ini.
Acara ditutup dengan pembagian bingkisan. Bukan dalam jumlah besar, tapi dengan rasa hormat yang tulus. Setiap tangan yang menerima, menggenggamnya erat—bukan karena nilainya, tapi karena maknanya.
Hari itu, para wanita pengemudi ojek online tidak hanya mendapat makanan untuk berbuka. Mereka mendapat pengakuan, penghargaan, dan dukungan moral. Mereka pulang dengan hati yang lebih ringan, langkah yang lebih tegap, dan keyakinan bahwa di tengah hiruk pikuk kota, masih ada yang peduli.
Kegiatan yang digelar oleh Rotary Club of Surabaya-Darmo ini adalah lebih dari sekadar acara tahunan. Ini adalah ruang penyembuhan kecil untuk mereka yang terbiasa kuat. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan perempuan, sekokoh apapun, tetap layak untuk dirawat dan dicintai.
Dan di balik setang motor yang terus mereka pegang erat setiap hari, tersimpan hati yang tak pernah lelah mencintai—keluarga, pekerjaan, dan hidup itu sendiri.
Behind the Handlebars, Beats a Tireless Heart

Surabaya never truly sleeps. Its streets pulse with the constant rhythm of traffic, honking horns, roaring engines, and lives rushing to meet the day. And among the crowd, there are women whose presence often goes unnoticed. They are not just online motorcycle taxi drivers—they are mothers, breadwinners, caregivers, and quiet holders of hope.
Every morning, before the sun fully rises, they’re already up. Preparing breakfast for their children, checking the ride-hailing apps, whispering silent prayers that today will be kinder than yesterday. Then, they take to the roads—transporting passengers, delivering meals, braving the heat, the rain, and sometimes the sting of judgment from those who question a woman’s place on the road.
But none of them gives up. They know life is not easy. And they know quitting is not an option.
This Ramadan, a quiet surprise came their way. The Rotary Club of Surabaya-Darmo, in collaboration with Mayapada Hospital Surabaya, invited these women to a special iftar gathering. It wasn’t an extravagant event—but it was filled with warmth, care, and deep meaning.
Held at the Mayapada Hospital auditorium in Surabaya’s Mayjen Sungkono area, the event began in the late afternoon. The atmosphere was welcoming, filled with smiles. The guests were invited to take part in free health screenings—including EKG and mini medical check-ups. Many felt a little shy. It wasn’t often they received attention like this. Some whispered that it was their first time entering a hospital not as a patient’s companion, but as a guest of honor.
After the health checks, they joined a session on women’s health. The topics were close to home: the importance of heart health, early signs of women-specific illnesses, and the reminder that rest is a right, not a luxury. Every word landed softly, not just on ears, but on hearts. They realized how often they had put themselves last, always placing others first.
As the sun dipped lower, the atmosphere turned serene. A short religious reflection followed, led by a female ustadzah. Her words weren’t preachy—they were like a gentle embrace. She spoke of the strength women carry, how their daily labor is no less sacred, and how patience in struggle is a noble act. Many eyes glistened. The tears weren’t from exhaustion—but from finally being seen, understood, and appreciated.
Then, the call to Maghrib prayer echoed. Together, they broke their fast. The food was simple, but the company made it feel rich. Around that table, they didn’t just share a meal—they shared stories, unspoken burdens, and the quiet comfort of being among sisters.
Before they left, each woman received a small gift bag. Modest in size, but overflowing with meaning. Every hand that reached for it seemed to hold not just a gift, but a reminder: “You matter. You are seen. You are loved.”
That day, they didn’t just go home with full stomachs. They went home with lighter hearts, stronger spirits, and the comforting knowledge that in a fast-moving world, someone still cared enough to pause—and give back.
The event, hosted by Rotary Club of Surabaya-Darmo, was more than just a community service. It was a moment of healing. A small sanctuary for those who are always expected to be strong. It was proof that kindness, when extended with sincerity, can restore a soul.
And tomorrow, when they ride again—behind those handlebars, through traffic and toil—they’ll carry something new: not just passengers or parcels, but a quiet affirmation that they are not alone, and their strength is deeply, beautifully, seen.
Comentários